Oleh: Esa Septian, S.AP
STIA “AAN” Yogyakarta
Pendidikan
merupakan tempat untuk mencetak dan membangun generasi muda melalui
pembelajaran, keterampilan dan pengembangan potensi diri. Pendidikan didasari
atas dorongan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdampak
positif terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Tujuan
pendidikan di indonesia sejatinya sudah tertuang dalam UUD 1945 pada alenia ke
4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan melalui pendidikan dapat terkualifikasi dan memiliki kompetensi yang baik. Jika SDM memiliki kualifikasi yang baik, maka pasar tenaga kerja pun akan mampu menyerap mereka dengan baik. Oleh karena itu, terlihat jelas bahwa pendidikan memiliki korelasi dengan keadaan sosial di Indonesia. Artinya, jika partisipasi pendidikan terus meningkat maka
potensi kesejahteraan pun juga turut meningkat dan SDM yang berkualitas akan
menjadi kekayaan negara dalam memenangkan persaingan global dunia.
Sejauh
ini, pendidikan masih dipercaya sebagai pusat pengembangan kapasitas SDM dan
pembangunan berkelanjutan. Alur berpikir yang umum digunakan ketika
dihadapkan pada topik mengentaskan kemiskinan. Pendidikan dapat menciptakan
manusia yang berkualitas. Semakin tinggi pendidikan seseorang jaminan kualitas
pun bertambah, maka peluang mendapat pekerjaan dengan upah yang lebih tinggi
lebih terbuka. Dengan upah yang lebih tinggi maka standar dan kualitas hidup
yang dijalani lebih layak. Artinya masyarakat akan berkesempatan luas untuk terlepas
dari jeratan kemiskinan.
Gary Becker,
Edward Denison, dan Theodore Schultz (dalam Tobing, 2001), menjelaskan proses dimana pendidikan memiliki pengaruh
positif pada pertumbuhan ekonomi. Argumen yang digunakan dalam teori ini adalah
manusia yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan memiliki pekerjaan dan upah
yang lebih baik dibanding yang pendidikannya lebih rendah. Apabila upah
mencerminkan produktivitas maka semakin banyak orang memiliki pendidikan
tinggi, semakin tinggi produktivitas dan hasilnya ekonomi nasional akan tumbuh
lebih tinggi.
Realisasi
pendidikan di indonesia masih banyak mengalami tantangan yang berat dalam menghadapi
arus modernisasi, berikut fenomena-fenomena pendidikan yang terjadi di
indonesia saat ini:
1.
Masyarakat masih
Tabu terhadap Pendidikan
Masyarakat
indonesia pada umumnya masih menganggap pendidikan merupakan hal yang kurang
menjanjikan untuk masa depan. Contohnya, para orang tua lebih menganggap
pendidikan sebatas formalitas dan hanya menghabiskan biaya mahal saja yang
berujung pengangguran. Para orang tua lebih memilih memberikan “Pakan” bukan “Pancing”
yaitu Memberikan modal harta bukan modal invetasi pendidikan. Meandset
ini harus di ubah dari sekarang mengenai tabunya pendidikan dimata masyarakat
apalagi di daerah yang Index Pembangunan Manusia (IPM) nya rendah.
2. Pengalokasian
Dana Pendidikan dan Penerima Beasiswa
Pembangunan
SDM yang berkualitas membutuhkan dana yang sangat besar. Total anggaran dana
pendidikan saat ini sudah mencapai Rp.441 Triliun (DetikFinance.com). Namun,
alokasi anggaran dana pendidikan yang diberikan oleh pemerintah tak memberikan
dampak yang signifikan. Alokasi 20% dari total APBN jumlah yang digunakan
daerah untuk gaji dan tunjangan guru jauh lebih besar dibanding alokasi untuk
pembangunan prestasi anak bangsa maupun perbaikan kualitas pendidikan di
Indonesia.
Dana
pendidikan di indonesia masih sangat kurang dibandingkan negara-negara lain
seperti jepang dan singapura. Negara-negara tersebut sudah mewajibkan warga
negaranya untuk wajib berpendidikan sampai sarjana dengan dibiayai oleh negara
melalui dana pendidikan. Negara yang maju akan dihuni oleh orang-orang yang
berkualitas. Hal ini menjadi tugas yang berat ketika dana pendidikan yang
dianggarkan masih jauh dari harapan karena habis untuk biaya gaji dan lain-lain
saja. Disisi lain, Beasiswa merupakan fasililitas yang diberikan melalui dana
pendidikan kepada generasi muda berprestasi yang kurang mampu dari segi biaya.
Namun, masih terlihat kurangnya bidikan/
sasaran yang tepat terhadap penerima beasiswa.
3. Minimnya
Skill dan keterampilan
Dalam menghadapi persaingan global, masyarakat
indonesia masih dihadapkan persoalan minimnya skill/keterampilan dibidang tertentu. Skill dan keterampilan sangat diperlukan bagi masyarakat dalam
mengurangi jumlah pengangguran yang semakin banyak, terlebih saat ini memasuki
zaman revolusi industry 4.0 notabene nya sudah memasuki dunia teknologi serba
canggih. OPen diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan baik dari
system, tenaga pendidik dan fasilitas pendidikan agar dapat mampu menciptakan
lulusan-lulusan yang berkompeten dibidang nya dan mampu bersaing menghadapi
kemajuan zaman.
A.
Tantangan
dan Peluang
1.
Tantangan
Kemajuan
di zaman revolusi industry 4.0 mengubah banyak hal terhadap kehidupan
masyarakat. Pengetahuan dan teknologi telah masuk ke negara indonesia dengan
cepat misalnya dalam memesan taksi, pesawat, makanan dan lain-lain dapat
dilakukan dengan jarak jauh.
Tantangan
yang dihadapi adalah bagaimana mempersiapkan penduduk usia kerja dengan memberi
pendidikan dan keterampilan serta magang kerja sebelum memasuki lapangan kerja.
Generasi muda yang berpendidikan tinggi perlu dipersiapkan dengan keterampilan
kerja sehingga outputnya dapat
produktif dan siap menghadapi persaingan global.
2.
Peluang
Di
zaman Generasi millennial atau generasi Y ini merupakan generasi muda sangat di
untungkan dan di unggulkan dari pada zaman sebelumnya yaitu generasi X. Generasi
Y sarat dengan memanfaatkan teknologi
canggih. Eksistensi tersebut menjadi harapan positif dan tumpuan masa depan
sebuah bangsa.
Penduduk yang berusia muda dan produktif
dapat berpeluang mengembangkan usaha-usaha yang saat ini telah bermunculan
seperti perusahaan start up, e-commerce, toko online dan lain-lain. Namun,
dalam menjalankan usaha tersebut perlu keterampilan-keterampilan tertentu yang
harus di tingkatkan agar kedepan generasi ini dapat menyesuaikan perkembangan
zaman dan menciptakan inovasi baru dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Pemerintah pusat dan daerah perlu memfasilitasi dan
mendorong lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan berbagai
keterampilan sehingga mampu menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk memasuki
lapangan pekerja, tidak menambah jumlah kemiskinan dan bahkan memperluas
lapangan pekerjaan.
B. OPen (Optimalisasi Pendidikan) Menuju
Indonesia Emas 2045
Pendidikan harus ditanamkan pada masyarakat khususnya
masyarakat desa pedalaman yang masih meragukan pendidikan sebagai ladang
investasi terbaik dimasa depan. Pendidikan akan berguna bagi generasi bangsa
untuk menghadapi kemajuan zaman yang semakin canggih bahkan persaingan dunia
semakin ketat dengan masuknya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Dalam menuju
indonesia Emas mestinya kita persiapkan dari sekarang, emas yang berarti masa
kejayaan indonesia.
Gambar
1.1
Skema OPen Menuju Indonesia Emas
2045
Sumber: Penulis, 2020
1. Sumber
Daya Manusia yang Berkualitas
Pada gambar
1.1 upaya mempersiapkan SDM berkualitas perlu dilakukan pemerintah pusat dan
daerah bersama lembaga pendidikan serta masyarakat secara sinergis membangun
bersama dengan upaya sebagai berikut:
a. Meningkatkan
Rasio Masyarakat Berkesadaran Tinggi Pendidikan
Dalam
menyelamatkan generasi muda dimulai dari kepercayaan masyarakat terhadap
pendidikan. Pendidikan menjadi solusi terhadap permasalahan mengenai kemiskinan
sampai saat ini belum teratasi. Meskipun banyaknya program-program dari pemerintah
dalam upaya mengentaskan kemiskinan meliputi bantuan sosial, bantuan raskin dan
lain-lain masih dianggap belum efektif dalam pengentasan kemiskinan.
Pertumbuhan
ekonomi yang baik dapat tercemin dari masyarakat yang rata-rata menempuh
pendidikan tinggi serta dibekali keterampilan yang mumpuni di bidangnya. Rasio
masyarakat dapat terus meningkat ketika masyarakat menyadari pentingnya generasi
muda dalam menghadapi tantangan global.
b.
Pengelolaan Dana
pendidikan dan Sasaran Penerima Beasiswa
Pemerintah pusat dan daerah harus merencanakan
penggunaan APBN/APBD dengan politik anggaran yang bisa mendongkrak tingkat
pendidikan. Dana pendidikan murni 20% harusnya tidak termasuk gaji guru dan PNS
melainkan terfokus untuk peningkatan prestasi anak bangsa dan kualitas
pendidikan.
Dana
pendidikan tercermin dari perencanaan dan pengelolaan dana yang baik. Penggunaan dana pendidikan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat yang ingin menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Maka dana
pendidikan dapat tersalurkan dengan tepat sasaran dan sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat
saat ini.
c. Lembaga
Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan tempat produksi
pengetahuan. Tugas untuk mengkreasikan model pendidikan dalam menyiapkan SDM
berkualitas, pelatihan ketrampilan kerja, pendidikan moral, kemampuan berbahasa
asing dan lain-lain. Tenaga kerja dipersiapkan melalui pelatihan-pelatihan,
magang kerja dan yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan moral/ahlak
seperti kejujuran, disiplin, etos kerja dan lain-lain.
2. Pembangunan
Karakter (Character Building)
Karakter
merupakan pendukung utama dalam pembangunan bangsa. Soekarno (Soedarsono, 2009)
mengatakan: “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter
(character building). Character building inilah akan membuat Indonesia
menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat.
Pembangunan
karakter yang dilaksanakan dengan terencana dan baik serta berkelanjutan menciptakan
SDM yang berkualitas yang berpengetahuan dan bijaksana sesuai dengan tuntutan
zaman revolusi industry 4.0. Pembangunan karakter terintegrasi dalam seluruh hidup
dan kehidupan masyarakat.
Karakter
bangsa indonesia adalah Pancasila. Dalam penerapan nilai kehidupan sehari-hari pancasila
masih dianggap relevan dalam menghadapi arus globalisasi dan modernisasi.
Pada
tahun 2045 Indonesia optimis akan menjadi negara maju. Ketika suatu negara
sudah maju, seringkali lupa terhadap identitasnya. Maka pancasila tetap harus
dipertahankan sebagai identitas bangsa indonesia agar terhindar dari paham liberalisme.
3. Bonus
Demografi Indonesia
Pada
tahun 2020-2030, bangsa Indonesia akan mendapat Bonus Demografi atau bonus
kependudukan. Komposisi penduduk Indonesia pada tahun 2020-2030 adalah penduduk
dengan usia produktif sangat besar, sementara usia muda semakin kecil dan usia
lanjut belum banyak.
Penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan
menjadi salah satu fokus Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Bonus
demografi yang diprediksi akan terjadi dalam rentang waktu tahun 2020-2030
harus diimbangi dengan peningkatkan kualitas SDM dalam bidang pendidikan. Dalam
hal ini, para generasi muda dapat berkontribusi dalam penanggulangan
kemiskinan.
Bonus
Demografi ini akan menguntungkan bagi pembangunan Indonesia apabila modal
sumber daya manusia (SDM) dapat dipersiapkan dengan baik, sebaliknya bisa
menjadi bencana apabila pemerintah dan masyarakat tidak mengantisipasi dengan
melakukan langkah-langkah persiapan yang mendasar yaitu meningkatkan kualitas
SDM melalui OPen.
Gambar
1.2
Era Bonus Demografi Indonesia 2030
Sumber: Penulis, 2020
Sumber
daya manusia dan infrastruktur harus bersama-sama sinergi dalam mewujudkan
pembangunan indonesia yang efektif. Di sisi lain, SDM merupakan pondasi yang
utama dalam pembangunan indonesia sebab yang mengelola sumber daya alam (SDA)
yang melimpah. Peran SDM yang berkualitas sangat diperlukan dalam mengelola
kekayaan alam yang dimiliki oleh indonesia.
Infrastruktur
merupakan bagian dari pembangunan indonesia. Namun, masyarakat masih beropini
pembangunan berarti berwujud “fisik” yaitu Infrastruktur, padahal infrastruktur
hanya sebagai penunjang operasional.
Pembangunan
di indonesia dikatakan berhasil bukan dari segi banyaknya bangunan yang
didirikan, jalan tol dibangun, ataupun gedung-gedung dibangun. Tetapi
pembangunan dapat di lihat dari kedua sisi yaitu kualitas dan kuantitasnya.
Pembangungan dikatakan berhasil yaitu dapat menjaga keseimbangan alam yang
efektif dan efisiensi untuk masyarakat indonesia.
4.
Tercapainya
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable
Development Goals (SDGs)
Tujuan
SDGs meliputi 17 program hingga rentang waktu sampai tahun 2015-2030 yang merupakan
lanjutan dari pembangunan Millenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2000-2015. Dengan SDM yang berkualitas dan
produktifnya usia muda (Bonus Demografi) Indonesia dan pengentasan kemiskinan bagian
dari agenda pembangunan berkelanjutan dapat terwujudkan.
Konsep pembangunan berkelanjutan dianggap sebagai jawaban untuk mengatasi dampak negatif pembangunan. Konsep ini sudah ada sejak
tahun 80-an sebagai respon terhadap tantangan ekonomi dan sosial, dengan
memberikan perhatian terhadap lingkungan dan konservasi sumber daya alam (UNESCO,
2011).
Pendidikan dapat mempercepat pembangunan berkelanjutan, karena melalui cara
ini persepsi, perilaku dan sikap akan berubah. Konsep Education for Sustainable Development (ESD) atau Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (PPB) muncul sebagai jawaban untuk mencapai
pembangunan yang dicita-citakan. Konsep ini melibatkan semua pihak secara
global untuk memberikan kontribusi dan perubahan ke arah yang lebih baik.
C.
Menuju
Indonesia Emas 2045
Tahun 2045 adalah tahun penggenapan 100 tahun Indonesia merdeka. Keadaan
Indonesia tahun 2045 akan ditentukan oleh tahun-tahun sebelumnya, dan jika dideskripsikan
adalah merupakan suatu prediksi berdasarkan fenomena-fenomena global setiap abad
dan segala tuntutannya.
OPen dapat menjawab tuntutan tersebut dan menjadi peran peting dalam
mempersiapkan indonesia menuju kejayaan indonesia pada tahun 2045. Persiapan
dalam menuju tahun keemasan tersebut diantaranya ialah mempersiapkan SDM yang
berkualitas, infrastruktur, kualitas kelembagaan dan kebijakan pemerintah.
SDM
yang berkualitas akan berdampak kepada kemajuan negara untuk meningkatkan
perekonomian di negara Indonesia. Bangsa yang berkualitas dapat terwujud dengan
adanya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah dan pihak swasta sehingga
terciptanya good governance.
Strategi meningkatkan SDM yang
berkualitas melalui OPen diharapkan dapat
menyelesaikan masalah yang terjadi dengan pendidikan karakter, memaksimalkan
dana pendidikan dan sasaran penerima beasiswa, memanfaatkan bonus demografi serta
meningkatkan skill dan keterampilan sehingga masyakarat yang berkualitas dapat
terwujud dan kemiskinan dapat teratasi dengan sendirinya.
Investasi
dibidang pendidikan memperoleh kesempatan untuk berkompetisi guna mendapatkan
kesempatan penghidupan yang lebih baik di masa depan dan turut terlibat dalam
proses pembangunan. Pendidikan bukan hanya untuk
menghasilkan orang pintar tetapi juga membangun karakter yang baik dan
keterampilan kerja di berbagai bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan pendidikan
yang terprogram dan menjangkau target SDGs, maka pendidikan menjadi instrumen
paling efektif untuk memotong mata rantai kemiskinan di Indonesia menuju
Kejayaan Indonesia Emas Tahun 2045.
REFERENSI
Ambarita,
Biner. Pembangunan Karakter Menuju Generasi Emas Tahun 2045. Universitas Negeri
Medan.
Fitrian, Rizka. 2017 “Peran Pendidikan dalam
Mewujudkan Indonesia Emas”. Departemen
Gama Cendekia Coorperation. https://gc.ukm.ugm.ac.id/2017/08/peran-pendidikan-dalam-mewujudkan-indonesia-emas/
(Di akses pada tanggal 24 Juni 2020)
Machmoed, Zain. “Reformasi Pengentasan Kemiskinan: dari Pendekatan Ekonomi ke Pendekatan
Kesejahteraan”. Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 4, Oktober 1999, 79-96.
Manusia Dalam Upaya Pengentasan
Kemiskinan di Kecamatan Nusa Penida. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol.
18, No. 2. Bali: Universitas Udayana.
Muskabe, Herman
dkk. Menyongsong Bonus Demografi 2020-2030 Peluang dan Tantangan Generasi Muda
NTT. http://chmk.ac.id/wp/menyongsong-bonus-demografi-2020-2030/ (Di akses pada
tanggal 24 Juni 2020)
Nanto, Rio. 2017 Pendidikan Generasi Muda dan SDGs
2030. KMK Ledalaero. http://www.dawainusa.com/pendidikan-generasi-muda-dan-sdgs-2030/ (Di akses pada
tanggal 24 Juni 2020)
Prasetyo Sutanto, Hari. Education For Sustainable
Development in West Nusa Tenggara. Jurnal. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kemendagri.
Setyadhi Mustika ,Made Dwi. 2013. Analisis
Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya.
Simorangkir, Eduardo. “Dana
Pendidikan Lebih Banyak untuk Gaji Ketimbang Bangun Sekolah”. DetikFinance.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3738100/dana-pendidikan-lebih-banyak-untuk-gaji-ketimbang-bangun-sekolah
(Di akses pada tanggal 20 Juni 2020)