BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang berada wilayah Provinsi Jawa Barat. Daerah Cirebon memiliki letak strategis yang sangat strategis yaitu di lalui jalur Pantai Utara (Pantura. Masyarakat Cirebon mayoritas sebagai suku jawa berbatasan langsung antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Pemerintah berusaha untuk mempromosikan daerah Cirebon yang memiliki potensi daya tarik wisata yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Pariwisata dalam hal ini berorientasi pada wisata sejarah dan budaya yang ada di Kabupaten Cirebon.
Pengembangan daerah sangat penting di butuhkan untuk menumbuhkan wilayah yang berkembang dan produktif. Pariwisata merupakan bentuk pengembangan yang mampu berperan sebagai promotor bagi wilayah untuk menjadi destinasi wisata berkunjung masyarakat. Pariwisata berupaya untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: Pm.26/Um.001/Mkp/2010 Tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata Melalui Desa Wisata. Pedoman tersebut memuat isi tentang konsep, strategi, tahapan progam dan pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata, dalam rangka membangun kesadaraan masyarakat dan penguatan kelembagaan, sehingga masyarakat dapat menjadi pelaku pariwisata. PNPM Mandiri Pariwisata merupakan salah satu upaya yang diharapkan mampu menjadi program untuk menanggulangi kemiskinan melalui sektor pariwisata.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Dengan kata lain bahwa pariwisata sebagai aktivitas mendatangi suatu tempat untuk tujuan tertentu. Selain itu dengan adanya wisatawan yang berkunjung yaitu menikmati suatu kegiatan yang ada di wisata tersebut dan produk cinderamata atau produk oleh-oleh khas.
Tujuan dari kegiatan pariwisata sendiri yaitu untuk mencari suasana yang baru, serta membangkitkan semangat untuk dapat menghilangkan kepenatan, kejenuhan. Tujuan lain yang berhubungan dengan tujuan berwisata untuk menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah atau bahkan yang bertujuan untuk mencari pengetahuan tentang agama atau juga ingin melaksanakan perintah agama. (Ivana: 2010: 27).
Wisata Sejarah dan Budaya yang dimiliki di daerah Kabupaten Cirebon sangat berpotensi menjadi keunggulan sebagai ciri khas daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan sejarah kerajaan islam seperti Makam Sunan Gunung Jati. Selain itu, banyak wisata yang berorientasi pada wisata sejarah dan budaya yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, Keraton Kanoman, Keraton Keprabon, Situs Kalijaga, Taman Gua Sunyaragi, Kampung Adat Benda Kerep (Udkhiyah, 2013: 3)
Potensi yang dimiliki oleh Cirebon dalam bidang pariwisata sangat memiliki nilai history terletak pada nilai-nilai sejarah dan budaya. Cirebon mengalami akulturasi dari berbagai budaya Cina, Eropa, Arab bahkan India yang berdampak baik dari segi arsitektur, kesenian, kuliner dan sosial budaya yang saling berkaitan serta latar belakang sejarah yang menyisakan peninggalan-peninggalan yang sangat menarik wisatawan untuk mengunjungi daerah tersebut.
Masyarakat Jawa pada umumnya masih mempertahankan dan melestarikan warisan budaya yang berupa tradisi seperti berziarah ke makam-makam orang yang sudah meninggal. Masyarakat Jawa mempunyai kepercayaan untuk pergi berziarah terutama ke makam para Wali yang memiliki sejarah sebagai penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa. Makam Sunan Gunung Jati menjadi salah satu dari tujuan wisata Religi tempat ziarah oleh masyarakat.
Wisata ziarah atau pilgrimage tourism adalah wisata atau traveling yang dilakukan individu atau kelompok untuk tujuan ziarah atau untuk menjalankan bagian dari kepercayaan spiritual atau agamanya, untuk misionari, atau untuk kesenangan spiritual. kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang percaya dengan adanya roh-roh nenek moyangnya atau pendahulu-pendahulunya, Juga merupakan perjalanan yang ada kaitannya dengan spiritual seseorang. (Khoeriyahtuzzuhro, 2015: 2)
Sunan Gunung Jati merupakan salah satu wali dari Sembilan wali islam (wali songo) yang terletak di Desa Astana, Kecamatan Gunung jati kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Tempat makam tersebut sangat ramai dikunjungi masyarakat setiap hari. Terutama pada waktu-waktu tertentu seperti pada malam Jumat Kliwon, peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, ada beberapa acara ritual yaitu ritual lainnya. Sunan Gunung Jati ini adalah mimiliki nama asli Syeikh Syarif Hidayatullah, beliau yang telah menyebarkan agama islam di kota Cirebon. Keberadaan makam sunan gunung jati ini telah menjadi daya tarik tersendiri, yaitu mampu mendatangkan orang banyak untuk berziarah ke makam sunan gunung jati.
Pariwisata akan berdampak sangat besar bagi suatu daerah. Dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, memberikan kesempatan kerja, menciptakan peluang usaha dan mengentaskan kemiskinan di daerah cirebon. Peluang usaha yang tumbuh disekitar makam sunan gunung jati yaitu berjualan barang-barang yang mempunyai ciri khas, Pakaian khas Cirebon, batik dan barang-barang untuk ritual seperti kembang tujuh rupa, barang lainnya yaitu tasbih, siwak, kalung, gelang, begitupun dengan makanan makanan yang khas dari kota Cirebon sendiri, seperti manisan papaya, rengginang, kerupuk miskin dan masih banyak lagi. Serta tidak hanya menjual barang-barang saja, akan tetapi masyarakat di sekitar kompleks makam Sunan Gunung Jati membuka sebuah penginapan untuk para pengunjung yang membutuhkannya, dan juga fasilitas sarana dan prasarana lainnya. Keberadaan obyek wisata religi makam Sunan Gunung Jati berpengaruh besar terhadap ekonomi para penduduk setempat. Mendorong masyarakat sekitar untuk membuka usaha dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagiamana kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Astana?
2. Bagaimana sejarah makam Sunan Gunung Jati?
3. Bagaimana Dampak dari wisata religi makam Sunan Gunung Jati terhadap perekonomian masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah makam Sunan Gunung Jati
2. Untuk mengetahui kondisi social ekonomi masyarakat setempat.
3. Untuk mengetahui dampak adanya wisata religi makam Sunan Gunung Jati.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Astana
Desa Astana merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Dalam menunjang aktivitas kehidupan masyarakat dari sektor peternakan dan perdagangan. Desa Astana memiliki jalan utama sebagai jalur penghubung beberapa kecamatan di Cirebon. Ditinjau dari sisi history sejarah berdirinya Desa Astana yaitu Gunung Jati termasuk wilayah negeri/daerah Singapura, merupakan bawahan kerajaan Pajajaran yang berada di tepi pelabuhan Muara Jati yang ramai dikunjungi pedagang asing. Selain letaknya strategis bagi perniagaan, penguasa Muara jati yaitu Ki Gede Surasijaga dan syahbandarnya Ki Gede Tapa atau Ki Junjunan Jati bersikap toleran terhadap setiap pedagang asing.
Pada sekitar tahun 1420 M bermula dengan datangnya para rombongan pedagang dari Bagdat yang di pimpin oleh Syekh Idlofi Mahdi. Rombongan tersebut meminta untuk tinggal dan menetap di kampung Muara Jati dengan alasan agar dekat dengan pasar di Kampung Pasambangan disekitar Gunung Jati. Dengan demikian mobilisasi perdagangan dapat berjalan dengan lancar. Sejak itulah disamping berdagang mereka giat berdakwah mengajak masyarakat mengenal ajaran Islam dengan cara bijaksana dan penuh hikmat Syekh Idlofi Mahdi sering menyendiri di gua di puncak Gunung Jati. Karena itulah maka para santrinya di pangguron Gunung Jati memanggilnya “Syekh Dzatul Kahfi” artinya sesepuh yang mendiami gua. Selain sebutan itu, masyarakat Pasambangan menyebutnya “Syekh Nur Jati” yang artinya sesepuh yang menyinari atau mensyiarkan Gunung Jati.
Syekh Idlofi Mahdi atau Syekh Dzatul Kahfi atau Syekh Nur Jati senantiasa menasehati setiap santri yang akan meninggalkan pangguron dengan kata “settana” yang artinya peguh teguh semua pelajaran yang diperoleh dari paguron Islam Gunung Jati jangan sampai lepas. Namun karena pada akhirnya Gunung jati digunakan untuk pemakaman, terutama makam Syekh Dzatul Kahfi, maka penduduk Jawa Barat yang sebagian besar berbahasa sunda sebutan settana diganti menjadi “ASTANA” yang artinya kuburan.
Secara Administratif Desa Astana adalah salah satu dari 15 Desa di Wilayah Kecamatan Gunung Jati bagian Kabupaten Cirebon, yang mempunyai luas wilayah 0.36 km2 dan berada diketinggian laut 5 mdpl. Luas desa ini memiliki luas wilayah paling kecil dari luas wilayah desa lain yang ada di Kecamatan Gunung Jati. Secara presentase Desa Astana hanya 1.67 % dari 100% luas keselurahan. Desa Astana berbatasan dengan beberapa desa yaitu :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gesik
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jatimerta
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jatimerta
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wanakaya dan Desa Kalisapu.
Dari sisi kelembagaan internal di lingkungan masyarakat Desa Astana memiliki 7 dusun dengan 4 rukun warga (RW) dan 14 Rukun Tetangga (RT). Angka RT dan RW di Desa Astana ini masih terbilang sedikit disbanding penduduk masyarakat Desa Astana dalam jumlah yang sangat banyak. Banyaknya masyarakat yang berada di desa astana merupakan masyarakat pendatang yang mencari penghasilan dari adanya makam sunan gunung jati.
Desa Astana pada tahun 2016-2018 mengalami peningkatan penduduk. Pada Tahun 2016 Desa astana memiliki jumlah penduduk 4.903 jiwa/km2, dan pada tahun 2017 yaitu 4.904 tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan, namun pada tahun 2018 justru mengalami kenaikan yang tinggi sebesar 5.032 jiwa/km2. Dengan jumlah penduduk tersebut desa astana mengalami kepadatan penduduk yang sangat tinggi dari 13.619 jiwa/km2. (Tahun 2016) menjadi 17.667 jiwa/km2 Tahun 2018 dan sangat tinggi dari kepadatan penduduk desa lainnya.
Tren pertumbuhan penduduk di Desa Astana mengalami Kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2017 ke Tahun 2018. Salah satu faktor kenaikan jumlah penduduk adalah migrasi penduduk usia angkatan kerja dari luar daerah karena mencari dorongan sulitnya mencari pekerjaan dengan pendapatan yang besar untuk bekerja dan berjualan di Makam Sunan Gunung Jati. Akan tetapi, terjadinya kepadatan penduduk menjadi persoalan terkait semakin banyaknya para pengemis yang berkeliara.
Pada dasarnya Dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Desa Astana, adanya pertambahan jumlah penduduk menjadi potensi bagi daerah tersebut.Hal ini berkaitan dengan upaya memberdayakan SDM untuk menjadi aktor dalam penataan kawasan permukiman agar siap menjadi ikon wisata religi, sehingga berdampak pula pada penghidupan perekonomian masyarakat di Desa Astana.
Tabel 2.1 Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tetandara Tahun 2016-2018
Tahun |
Laki-Laki |
Perempuan |
2016 |
2.454 |
2.449 |
2017 |
2.472 |
2.432 |
2018 |
2.550 |
2.483 |
Sumber: diolah dari Kecamatan Ende Selatan Dalam Angka 2017-2019
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki dan perempuan tergolong imbang. Selisihnya tidak terlalu signifikan. Namun demikian, dari Tahun 2016 hingga tahun 2018 jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan. Secara perhitungan rasio jenis kelamin, Tahun 2016 sebesar 100, Tahun 2017 sebesar 101, dan Tahun 2018 sebesar 102. Telah dikatakan bahwa meskipun selisih tetapi rentangnya tidak terlalu signifikan.
Dari sisi agama, penduduk agama islam sebanyak 4.818 jiwa mendominasi penduduk di Desa Astana. Agama lainnya disusul oleh protestan sebanyak 3 jiwa. Dengan melihat penduduknya mayoritas adalah agama islam dalam hal ini bahwa pusat kegiatan agama berada di area Makam Sunan Gunung Jati yang memiliki 1 Masjid dan 10 Mushola yang tersebar di Desa Astana.
Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Desa Astana cukup memadai, Namun kualitas Sumber Daya yang masih menjadi permaslahan untuk ditingkatkan. berbagai tenaga trampil di bidang keagamaan, perbengkelan, teknologi dan informasi serta lainnya merupakan modal bagi pembangunan ekonomi. Sumber daya manusia di bidang pertanian relatif sedikit karena tidak memiliki lahan pertanian di Desa Astana. Minimnya potensi yang terdapat di Desa Astana seperti potensi industri ekonomi kreatif, berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian di Desa Astana. Perekonomian di Desa Astana didukung dengan adanya Wisata Religi Makam Sunan Gunung Jati.
B. Sejarah Makam Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah merupakan salah satu diantara sembilan orang penyebar agama Islam terkenal di Pulau Jawa dengan sebutan Wali Sanga. Bila ditarik garis keturunannya maka silsilah sebelum Sunan Gunung Jati akan sampai kepada Nabi Muhammad SAW melalui cucu Nabi yang bernama Imam Husain. Pada masa kejayaannya Sunan Gunung Jati juga dikenal sebagai Pemimpin rakyat karena beliau pernah menjadi raja di Kasultanan Cirebon, bahkan sebagai sultan pertama Kasultanan Cirebon yang dulunya bernama Keraton Pakungwati. Era syekh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan gelar sunan Gunung Jati, dapat dikatakan sebagai era keemasan perkembangan islam di Cirebon.
Menurut Ensiklopedia Syarif hidayatullah dilahirkan pada tahun 1448 dari perkawinan raja Abdullah (syarif Abdullah) dengan Rara Santang, putri prabu siliwangi asal pajajaran yang bergelar Syarif Mudaim, dilahirkan di Mesir. Pada usia 120 tahun Syarif Hidayatullah telah wafat dan dikebumikan di Gunung Sembung desa Astana kabupaten Cirebon. Pada tahun 1568 M Syekh Syarif Hidayatullah telah wafat, dan kedudukannya telah digantikan oleh kerabatnya.
Seiring berjalannya waktu, makam Sunan Gunung Jati telah di kunjungi oleh banyak orang dari berbagai daerah, Hingga sekarang ini, nama Sunan Gunung Jati telah dikenal luas oleh masyarakat jawa sebagai penyebar agama Islam. Tujuan mereka datang ke makam sunan Gunung Jati yaitu untuk mendoakan beliau dan berbagai maksud dan tujuan, karena yang datang dan berziarah ke makam sunan Gunung jati.
Seiring perkembangan, masyarakat atau peziarah yang mengunjungi makam sunan gunung jati tidak hanya sekedar melakukan ziarah, tetapi lebih dari itu bertujuan untuk meminta berkah dari tokoh yang sudah meninggal. Pada umumnya orang memiliki pandangan bahwa makam leluhur memiliki nilai-nilai khusus bagi orang yang bersangkutan. Orang yakin bahwa leluhur dapat dimintai pertolongan. Melihat sosok dari kebaikan dan keshalihan Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, sehingga sosok Gunung Jati dikenal hingga kemana-mana, banyak sekali yang ingin berziarah yang merasakan dampak bagi masyarakat sekitar dengan pengunjung datang dari berbagai daerah.
Kawasan Makam Sunan Gunung Jati terdiri dari dua kompleks makam. Komplek tersebut ialah:
1. Kompleks Makam Sunan Gunung Jati berada di Gunung Sembung, yang terdiri dari sekitar 500 makam, letaknya di sebelah barat Jalan Raya Cirebon Karangampel-Indramayu.
2. Kompleks Makam Syekh Dathul Kahfi di Gunung Jati, berada di timur jalan raya.
Masyarakat yang melakukan ziarah wajib menaati beberapa peraturan yang harus pengunjung ketahui sebelum memasuki area makamnya. Pengelola dari makam sunan gunung jati terdiri dari penjaga makam yang memelihara kebersihan dan perawatan pada kawasan makam serta memiliki tugas yang berbeda-beda. Peraturan yang dibuat salah satunya adalah pengunjung wajib melepaskan alas kakinya terlebih dahulu sebelum memasuki area makam. Setelah itu pengunjung yang datang berkelompok atau rombongan di harapkan untuk mengisi buku tamu, serta memberi sumbangan secara sukarela kepada pengurus makam/ juru kunci yang merawat makam.
Kondisi dari area makam sunan gunung jati terdapat banyak petugas di setiap sudut area makam Sunan Gunung Jati untuk menjaga kotak uang untuk mengisi uang shodaqoh bagi para pengunjung. Uang shodaqoh tersebut akan di kumpulkan dan di gunakan untuk keperluan atau kebersihan area makam Sunan Gunung Jati. Aroma dupa yang tidak pernah hilang dari area makam Sunan Gunung Jati, Aura mistis pun juga masih terlihat sangat kental.
Para peziarah pada umumnya membawa kembang 7 rupa yang dicampurkan uang receh. Kembang tersebut bersamaan dengan uang receh dilemparkan ke pintu utama makam sunan gunung jati yang di sebut lawang gede. Beberapa pengunjung mengambil kembali bunga tersebut untuk di bawa pulang sebagai bentuk pengharapan barokah. Sementara uang receh dikumpulkan pengurus makam untuk biaya perawatan dan pembangunan sarana di komplek makam sunan gunung jati uang receh yang di lempar bersamaan dengan bunga ke pintu pertama yang berwarna hitam, itu akan di kumpulkan oleh para penjaga, lalu, uang tersebut sebagian di ambil untuk keperluan perawatan makam, sedangakan sisanya akan di shodaqohkan untuk penduduk sekitar makam sunan gunung jati.
C. Dampak Wisata Religi Makam Sunan Gunung Jati terhadap Perekonomian Masyarakat Sekitar
Keberadaan Makam Sunan Gunung Jati memberikan banyak dampak positif bagi perekonomian massyarakat sekitar. Banyak masyarakat yang bergantung pada para pengunjung yang mengunjungi tempat wisata religi Makam Sunan Gunung Jati. Di Sisi lain banyak para pendatang yang bekerja sebagai penjaga makam sekaligus pengelola makam tersebut dari berbagai wilayah diantaranya dari Karawang, Indramayu, Subang, Bandung sampai Jakarta.
Wisata yang berbeda dengan wisata lainnya sebagai wisata religi yang para wisatawan/peziarah dating untuk kegiatan keagamaannya. Di desa astana sendiri, mempunyai beberapa acara adat atau ritual dalam setiap tahun dan acara adat tersebut tidak hanya di ikuti oleh warga desa astana saja, melainkan dari desa-desa yang lainnya juga ikut andil dan ikut menyaksikan. Acara adat tersebut Di antaranya yaitu:
- Ider-ideran
Acara serangkaian karnaval atau yang lebih dikenal dengan sebutan ider-ideran oleh masyarakat sekitar adalah suatu acara tahunan yang diselenggarakan oleh sesepuh dari desa astana gunung jati kabupaten cirebon. Ider-ideran ini merupakan suatu tradisi masyarakat sekitar dalam menyambut beberapa peringatan yang diantaranya sedekah bumi bagi para penduduk yang akan memulai musim nandur (menanam), untuk para nelayan yang akan melakukan tradisi nadran (sedekah laut), bagi para umat islam yang telah memperingati tahun baru islam, dan juga haul hari wafatnya sunan gunung jati.
- Muludan
Agenda besar yang ada di area Makam Sunan Gunung Jati yaitu Muludan. Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan mulud atau maulid di makam Sunan Gunung Jati. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan atau menyuci pusaka keraton yang dikenal dengan istilah “panjang jimat” kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 8 sampai 12 mulud. Pusat kegiatan Muludan berada di sekitar kraton kesepuhan. Menjelang hari perayaan perayaan kelahiran nabi besar Muhammad SAW, yang jatuh setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal.
- Syawalan Gunung Jati
Syawalan Gunung Jati merupakan tradisi ziarah yang dilakukan di bulan Syawal, yaitu jatuh setelah bulan Ramdhan. Pada bulan ini, masyarakat cirebon biasa melakukan ziarah dan tahlilan di Makam Sunan Gunung Jati. Setiap syawalan biasanya tempat ziarah makam Sunan Gunung Jati banyak para peziarah hampir dari semua daerah Cirebon dan daerah lain di sekitarnya. Tradisi syawalan ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan selain untuk menghormati Sunan Gunung Jati para peziarah datang ke makam ini untuk mengharapkan berkah yang.
- Tradisi Kliwonan
Tradisi kliwonan Gunung Jati adalah kebiasaan perilaku masyarakat dan kelompok umat islam khususnya, mengunjungi makam sunan gunung jati, dengan maksud ziarah pada setiap malam jumat kliwon. Biasanya masyarakat mengunjungi makam Sunan Gunung Jati dengan berjamaah/bersama-sama. Acara-acara puncak dari tradisi kliwonan yaitu tahlilan pada malam hari pukul 00.00 WIB dan 03.00 WIB. Pada awalnya tradisi kliwonan gunung jati yang dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun, dari satu generasi kepada generasi berikutnya, juga dimaksudkan untuk menziarahi makam sunan gunung jati, sebagai tokoh penyebar agama islam di jawa barat.
Selain beberapa acara adat yang diselenggarakan. Kegiatan di Makam Sunan Gunung Jati memiliki tradisi yang menjadi ciri khas dari wisata religi tersebut. Tradisinya ialah Curak yaitu membagikan uang dengan cara di taburkan/dilemparkan. Setiap orang yang melewati jalan raya yang menuju makam syekh datul kahfi, di situ terdapat batu besar yang dinamakan batu tameng, ketika orang yang ingin bershodaqoh, orang tersebut cukup melemparkan uang di dekat batu tameng tersebut.
Lingkungan ziarah Makam Sunan Gunung Jati berusaha memanfaatkan potensi untuk mendirikan usaha-usaha kecil lainnya dengan membuka warung-warung seperti menjual oleh-oleh, makanan-minuman, buku-buku sejarah Sunan Gunung Jati, perlengkapan ziarah, kopiah. Pekerjaan lain masyarakat kawasan ziarah makam Sunan Gunung Jati yaitu petani, buruh bangunan, pegawai negeri sipil, abdi dalam, pensiunan, karyawan, maupun bekerja serabutan. Kawasan ziarah makam Sunan Gunung Jati Cirebon dapat dijadikan tempat bekerja bagi sebagian orang yang memiliki pengetahuan sejarah Cirebon pada umumnya, sehingga mereka memilih bekerja sebagai pemandu ziarah.
Dampak dari sektor wisata religi yang berkembang menjadi ujung tombak pembangunan ekonomi daerah tersebut. Dalam perannya makam sunan gunung jati menghidupkan dan ikut mempromosikan daerah Kabupaten Cirebon dengan menjual pakaian bertuliskan Cirebon hingga tersedianya oleh-oleh khas Cirebon. pada kenyataannya makam sunan gunung jati memberikan dampak positif sebagai berikut:
a. Membuka Lapangan Kerja
Dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari segi mata pencaharian penduduk Desa Astana, yang disebut sebagai suatu usaha manusia yang bernilai ekonomis dilakukan oleh manusia secara berkesinambungan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang tetap. Mata pencaharian mempunyai sifat tetap dan sewaktu-waktu sebagai usaha sampingan untuk menambah kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mempunyai penghasilan, maka seseorang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Menurut Undang-undang Kepariwisataan No 10 Tahun 2009 Pasal 4 salah satu tujuan kepariwisataan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya wisata religi membuka peluang bagi masyarakat untuk berlomba-lomba dalam menciptakan usaha. Membuka lapak usaha dan masyarakat yang rumahnya dekat dengan area makam sunan gunung jati.
Banyaknya acara-acara adat yang berlangsung pada waktu-waktu tertentu terdapat pedagang musiman yang muncul untuk berjualan. Seperti pada malam Jum’at kliwon banyak para pengunjung yang datang untuk berziarah. Bukan hanya pedagang kios melainkan banyak pedagang yang datang dari luar menggunakan tenda atau kedai bongkar pasang. Para pedagang menjual atau menjajakan barang dagangannya di sepanjang jalan menuju makam Sunan Gunung Jati sampai pintu gerbang makam. Pedagang menjual berbagai jenis barang dagangan, sebab banyak para pengunjung atau peziarah dari anak-anak hingga orang tua, sehingga sangat dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menjual berbagai macam usaha.
1) Jenis Usaha Masyarakat di Area Makam Sunan Gunung Jati
Keberadaan Makam Sunan Gunung Jati memberikan mata pencaharian baru bagi masyarakat sekitar. Mayoritas masyarakat desa astana dengan bermatapencaharian sebagai pedagang/wiraswasta, pedagang/wiraswasta. Barang dagang yang penduduk jual adalah beberapa kebutuhan bagi para peziarah, seperti souvenir sebagai kenang-kenangan/Oleh-Oleh, menjual makanan khas daerah Cirebon. Bahkan ada yang menyediakan warung makan dan tempat penginapan untuk para peziarah yang datang dari jauh- jauh seperti dari luar daerah, yang harus menginap di penginapan tersebut.
Adapun di sebelah selatan makam Sunan Gunung Jati terdapat lahan parkiran mobil dan Bus besar yang menyediakan lahan seluas 3 hektare milik korem 063, di tempat parkiran juga terdapat kios kios yang menjual berbagai macam acsesoris dan makanan khas daerah Cirebon. Namun kios ditempati adalah tanah milik korem. Para Pedagang hanya menyewa tempat untuk berjualan dan menyediakan banyak fasilitas lainnya bagi peziarah yang berkunjung seperti wc umum, tempat sholat, tempat penginapan. Berikut Jenis Usaha Masyarakat yang ada di Area Makam Sunan Gunung Jati:
a) Jual Makanan
Area Makam Sunan gunung Jati dapat menjumpai banyak sekali para pedagang makanan yang berjualan. Para pedagang tersebut tidak hanya datang dari penduduk desa astana terdapat dari desa lain yang ikut berjualan. Macam-macam makanan yang mereka jual, antara lain, seperti kerupuk melarat, kerupuk kulit, keripik melinjo, rengginang, Intip, dodol, manisan pepaya. Makanan-makanan khas cirebon ini yang banyak di buru oleh para pengunjung. Selain itu banyak terdapat para penjual bakso, Mie Ayam, Nasi Lengko, Empal Gentong untuk menyajikan makan langsung ditempat.
Dari sepanjang jalan menuju makam Sunan Gunung Jati terdapat pedagang kios-kios yang menjual berbagai macam acsesorice, souvenir, serta makanan dan minuman khas daerah Cirebon sangat menguntungkan bagi masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Astana area makam sunan gunung jati.
b) Toko Pakaian
Bagi para pengunjung yang membutuhkan souvenir berupa pakaian banyak para pedagang yang berjualan pakaian yang lokasinya di sekitar Makam Sunan Gunung Jati. Pakaian yang mereka jual, dengan khas bergambarkan sosok Sunan Gunung Jati, serta tulisan-tulisan tentang Cirebon dan Sunan Gunung Jati. Adapun pakaian yang lainnya yaitu pakaian dengan ciri khas batik dari daerah cirebon. Di sepanjang jalan raya juga terdapat banyak kios, kebanyakan dari mereka membuka kios di depan rumah mereka sendiri dan mendirikan tenda.
c) Jual Acsesoris dan Barang ritual ibadah
Area lokasi sekitar Makam Sunan Gunung Jati merupakan tempat yang sangat strategis untuk membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar yang menjual berbagai macam aksesoris. Selain itu, tujuan utama bagi para peziarah untuk mengunjungi makam sunan gunung jati ialah untuk kepentingan ibadahnya. Dengan demikian para pedagang memanfaatkan kondisi tersebut dengan menjual perlengkapan ritual ibadah bagi peziarah.
Berbagai macam Aksesoris yang dijual mulai gelang, tasbih, kalung, dan gantungan kunci yang bergambar sunan Gunung Jati serta berbagai macam aksesoris lainnya. adapun berbagai macam acesorisnya seperti kopyah, sarung, pakaian muslim, kalung, gelang, tasbih, Buku Sejarah Sunan Gunung Jati, lukisan, bunga, Keris, Kemenyan dan sebagainya.
d) Penginapan
Dalam memanfaatkan lokasi wisata religi makam Sunan Gunung Jati yaitu membuka peluang usaha penginapan umum bagi para peziarah luar kota. Hal ini dikarenakan kegiatan-kegiatan ritual ibadah yang berlangsung dominan di malam hari. Dengan adanya penginapan yang tersedia maka dapat menambah pendapatan dari masyarakat Desa Astana.
b. Meningkatkan Peran Aktif Masyarakat
Wisata religi makam sunan gunung jati banyak memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat dengan demikian bahwa peran masyarakat menjadi aktif dalam mengelola wisata religi tersebut. Pengelolaan wisata makam sunan gunung jati dikelola oleh beberapa pihak yang bersangkutan di antaranya yaitu, pihak kesultanan atau kerabat Sunan Gunung jati, korem 063, pemuda karang taruna yang diperintah oleh pemerintah desa, dan juga para pedagang. Dalam tugasnya banyak masyarakat yang menjadi abdi dalem, kemit dan penjaga makam untuk dapat menjaga kebersihan dan ketertiban area makam tersebut. Sehingga tempat ziarah menjadi nyaman untuk masyarakat mengunjungi makam sunan gunung jati.
Selain itu, banyaknya kendaraan baik kendaraan roda empat maupun roda dua menjadi pekerjaan masyarakat yaitu penjaga parkir. Lahan parkir bis yang terapat di dekat alun-alun gunung jati, itu adalah milik korem, dan dikelolah oleh korem sendiri, untuk biaya parkir bis, yaitu sebesar Rp 75.000, sedangkan kendaraan pribadi yaitu sebesar Rp 10.000,00. Parkiran bis ini selalu padat ketika di hari hari libur saja, seperti ketika menjelang bulan suci ramadhan, liburan anak sekolah, bulan muharam. Yang datang tidak tidak hanya dari daerah cirebon saja, akan tetapi dari berbagai daerah datang ke sini.
c. Banyak Pengemis di Area Wisata Religi Makam Sunan Gunung Jati
Keberadaan Makam Sunan Gunung Jati memberikan dampak yang positif bagi peningkatan potensi yang di miliki oleh Dareh tersebut. Di sisi lain, dari dampak keberadaan makam tersebut timbul permasalahan yang terjadi yaitu semakin banyaknya pengemis yang berada di area makam sunan gunung jati. Para pengemis bermacam-macam dari segi usia ada yang masih dibawah umur sampai lansia. Mengemis sudah menjadi pekerjaan oleh beberapa orang.
Kebanyakan orang yang sudah tua memilih menjadi pengemis, mereka yang memiliki ekonomi kecil dikeluarganya, tidak bekerja seperti orang pada umumnya karena keadaan fisik yang mengalami kecacatan. Pengemis anak-anak sebagian merupakan masyarakat Desa Astana. Mereka berasal dari keluarga yang mampu, anak sekolah. Mereka melakukan mengemis hanya untuk bermain disela waktu libur sekolah. Di hari-hari biasa mereka bersekolah.
Pengemis secara umum mengenyam pendidikan tingkat hanya sekolah dasar, bahkan tingkat sekolah dasar tidak tamat. Rendahnya tingkat pendidikan pengemis menjadikan pengemis tidak memiliki keterampilan atau pengetahun. Pengemis dalam sistem stratifikasi sosial termasuk pada masyarakat kelas bawah. Para pengemis menggunakan alatbaskom atau ceting untuk mengemis pada masyarakat yang melewati pintu masuk makam sunan gunung jati dan sekitarnya.
Budaya kemiskinan dapat dilihat pada semakin banyaknya pengemis di komplek makam Sunan Gunung Jati. Meskipun sudah pernah dihimbau dan dilarang/diusir oleh pihak pemerintahnamun para pengemis tersebut tetap datang kembali. Dalam diri pengemis yang kurang memiliki etos kerja, mudah menyerah pada nasib mewujudkan sikap-sikap meminta-minta. Budaya kemiskinan sudah tertanan dalam diri pengemis di area makam ini, misalnya lansia menjadikan mereka menjadi pemalas dan tidak mau bekerja hanya mengandalkan dari meminta-minta saja.
Keberadaan pengemis di komplek makam sendiri sudah menjadi lumrah bagi peziarah, pedagang dan semua yang berada di sekitar komplek makam sunan gunung jati, termasuk bagi kuncen sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kebersihan, keamanan dan ketertiban komplek makam sunan gunung jati, terkait hal tersebut, pihak kuncen membuat batas untuk para pengemis.
Banyaknya Pengemis di Area Makam Sunan Gunung Jati masyarakat sekitar menganggap bahwa terdapat wasiat yang dititipkan oleh Sunan Gunung Jati sebelum meninggal. Wasiat tersebut telah melekat khususnya masyarakat kawasan ziarah makam Sunan Gunung Jati, yaitu “Ingsun titip tajug lan fakir miskin” (Aku titipkan masjid/musholla dan fakir miskin). Maksudnya ia menitipkan tempat sholat dan orang fakir miskin itu agar kita senantiasa menegakkan sholat dan membayar zakat.
Dari gambar diatas terdapat kalimat akna yang tersirat dalam wasiat tersebut yaitu menjaga masjid/musholla sebagai tempat ibadah agama Islam dan masyarakat Cirebon agar selalu belajar agama Islam, mensyiarkan agama Islam dan mendalami ajaran-ajaran Islam. Sehingga masyarakat Cirebon memiliki nilai moral dan agama yang baik. Akan tetapi, pergeseran makna yang terkandung pada wasiat tersebut menyalahartikan maksud tersebut sehingga mengakibatkan masyarakat menjadi pengemis/peminta-minta di Kawasan Ziarah Makam Sunan Gunung Jati untuk mendapatkan uang memenuhi kebutuhan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cirebon memiliki wilayah yang sangat potensial untuk dapat mengembangkan sector pariwisata dalam segi sejarah-sejarah peninggalan zaman dahulu yang melekat. Potensi daya tarik wisata ini menjadi keunggulan dan ciri khas bagi Cirebon yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Pemerintah perlu memfokuskan terhadap pengembangan daerah dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki sehingga akan menumbuhkan daerah-daerah yang berkembang dan produktif.
Pariwisata merupakan bentuk pengembangan yang mampu berperan sebagai promotor bagi wilayah untuk menjadi destinasi wisata berkunjung masyarakat. Desa Astana sebagai daerah yang memiliki potensi wisata religi Makam Sunan Gunung Jati sebagai salah satu para walisongo penyebaran agama islam di Pulau Jawa yang perlu ditingkatkan. Banyak masyarakat luas bahkan dari luar daerah pun menggantungkan perekonomiannya terhadap para wisatawan/peziarah.
Kepadatan penduduk di Desa Astana disebabkan karena banyaknya masyarakat yang bekerja di area makam sunan Gunung jati. Mayoritas masyrakat berprofesi sebagai penjaga makam dan pedagang sehingga berpeluang menumbuhkan usaha-usaha masyarakat yang dapat menghasilkan pendapatan yang besar untuk bekerja dan berjualan di makam Sunan Gunung Jati. Pada umumnya wisata religi sebagai tujuan ziarah atau untuk menjalankan bagian dari kepercayaan spiritual atau agamanya dilakukan oleh orang-orang yang percaya dengan adanya roh-roh nenek.
Dalam kegiatan yang ada di makam sunan gunung jati banyak serangkaian acara yang diadakan yaitu Ider-ideran, Muludan, Syawalan Gunung Jati dan Tradisi Kliwonan yang sangat ramai dikunjungi oleh para peziarah. Keberadaan makam tersebut memberikan dampak positif bagi perekonomian massyarakat sekitar. Banyak masyarakat yang bergantung pada para pengunjung yang mengunjungi tempat wisata religi Makam Sunan Gunung Jati. Manfaatnya yaitu dapat membuka lapangan pekerjaan seperti berdagang makanan, pakaian, aksesoris serta perlengkapan ritual ibadah dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam mengelola makam tersebut. Akan tetapi dari dampak positif tersebut terdapat dampak buruk yang terjadi yaitu banyaknya pengemis yang berada di area makam sunan gunung jati.
B. SARAN
Dalam pengelolaan wisata religi makam Sunan Gunung Jati memerlukan banyak pihak untuk saling bersinergi. Pemerintah Desa Astana perlu memperhatikan lagi terhadap kondisi perekonomian masyarakat yang memiliki usaha di area makam dengan bersama masyarakat membangun perekonomian tersebut karena pertumbuhan ekonomi sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. dalam kondisi yang terjadi perlu ketegasan pemerintah dalam menertibkan para pengemis yang berada di area makam tersebut karena hal ini akan menjadi image buruk bagi para peziarah luar daerah yang mengunjungi makam sunan gunung jati dan perlu dilakukannya pembinaan serta pelatihan agar dapat bekerja dengan layak.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Kecamatan Gunung Jati dalam Angka Tahun 219 https://cirebonkab.bps.go.id/publication/2019/09/26/d2d87da33d447f23e2255ede/kecamatan-gunungjati-dalam-angka-2019.html diakses pada tanggal 02 Januari 2020.
El Mahrus Mawa. “Rekonstruksi kejayaan islam di cirebon, studi historis pada masa syarif hidayatullah (1479-1568)”.
Fatimah, Siti. 2015. “Strategi Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Religi (Studi Kasus di Makam Mbah Mudzakir Sayung Demak)”. Skripsi. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Ivana Dyah Sari. 2010. “Objek Wisata Religi Makam Sunan Muria Studi Kasus Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Khoeriyahtuzzuhro, 2015. “Kontribusi Wisata Religi Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon”. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Kholidiani, Sela. “Peran Wisata Religi Makam Gus Dur Dalam Membangun Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang”. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran. UIN Malang.
Musrifah. 2015. “Wisata Religi Makam Gunung Jati Cirebon Sebagai Budaya Dan Media Spiritual”. Wahana Akademika.
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: Pm.26/Um.001/Mkp/2010 Tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata Melalui Desa Wisata.
Prihatini, Ninik. 2013. “Pengemis di Kawasan Ziarah Makam Sunan Gunung Jati Cirebon”. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Rokkhiyah. Anwar, M Fuad dan Jalaludin. Peranan Wisata Reliji Makam Sunan Gunung Jati Dalam Kehidupan Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon). Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon.
Sari, Dyah Ivana. 2010. “Objek Wisata Religi Makam Sunan Muria (Studi Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus).Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Udkhiyah, 2013. “Perencanaan Jalur Interpretasi “The Gate Of Secret” Dalam Mengangkat Identitas Cirebon Sebagai Kota Wisata Budaya”. Universitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu/668/4/S_MRL_0901244_CHAPTER1.pdf diakses pada tanggal 06 Januari 2020.
Undang-Undang Republik Indonesia no 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan.